Materi PAI Kelas 8 Bab Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Umayyah
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Dinasti
Umayyah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah
kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari
661 M sampai 750 M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756 M sampai 1031
M di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin
'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah
I. Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua
yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 M –
750 M) dan berpusat di Damaskus.
Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih
sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan sebagai berikut;
1. Ilmu
pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Ilmu
pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu
pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
sharaf dan lain-lain.
4. Ilmu
pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung
dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan karakteristiknya, semuanya saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri
sendiri.Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk kedalam
bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan.
Ilmu pengetahuan yang muncul pada zaman Dinasti Umayyah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Bani Umayyah pada umumnya berjalan
seperti di zaman permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu logika,
yaitu filsafat dan ilmu eksak. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa ini masih berada pada tahap awal. Para pembesar Bani Umayyah kurang
tertarik pada ilmu pengetahuan kecuali Yazid bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul
Aziz. Ilmu yang berkembang di zaman Bani Umayyah adalah ilmu
syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh. Selain itu berkembang pula ilmu
qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, ilmu bumi, dan ilmu-ilmu yang disalin
dari bahasa asing. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan
ini antara lain Damaskus, Kuffah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan
lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya.
a. Al
Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an
dan sebagainya.
b. Al
Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al Qur’an,
menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh,
yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup
pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilmu
Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an. Pada masa ini
termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah
yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang
dinisbahkan kepada cara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat,
yaitu Abdullah bin Katsir (w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah
bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H), Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189
H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H), Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H), dan
Nafi bin Na’im (169 H).
e. Ilmu
Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al
Qur’an. Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti Ibnu
Abbas dari kalangan sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad
Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangan syi’ah.
f. Ilmu
Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis,
karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara
Muhaddis yang terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi
Malikah (w. 123 H), Al Auza’i Abdur Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri (w.
110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).
g. Ilmu
Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam berbagai
posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan
Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara
Islam. Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya
seperti halnya sekarang adalah Abu Aswad Ad Dualy (w. 69 H). Beliau
belajar dari Ali bin Abi Thalib, sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai Bapaknya ilmu Nahwu.
h. Ilmu
Bumi (al- Jughrafia). Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan
kaum muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji,
menuntut ilmu dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu
kepada ilmu yang membahas tentang keadaan letak wilayah. Ilmu ini
pada zaman Bani Umayyah baru dalam tahap merintis.
i. Al-Ulumud
Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab
dan disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam. Diantara ilmu
asing yang diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu pengobatan dan
kimia. Diantara tokoh yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Khalid bin
Yazid bin Mu’awiyah (86 H).
Ilmu dan tokohnya yang muncul pada zaman
Dinasti Umayyah
Berikut
ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di Andalusia masa
dinasti Bani Umayyah :
No
|
Nama
|
Bidang
Keahlian
|
Keterangan
|
1.
|
Abu Ubaidah
Muslim Ibn Ubaidah al Balansi
|
- Astrolog
- Ahli Hitung
- Ahli gerakan
bintang-bintang
|
Dikenal
sebagai Shahih al Qiblat karena banyak sekali mengerjakan
penetuan arah shalat.
|
2.
|
Abu al Qasim
Abbas ibn Farnas
|
- Astronomi
- Kimia
|
Ilmi kimia, baik
kimia murni maupun terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya
dengan ilmu kedokteran. Farmasi dan ilmu kedokteran telah mendorong para
ahli untuk menggali dan mengembangkan ilmu kimia dan ilmu tumbuh-tumbuhan
untuk pengobatan.
|
3.
|
Ahmad ibn Iyas al
Qurthubi
|
-Kedokteran
|
Hidup pada masa
Khalifah Muhammad I ibn abd al rahman II Ausath
|
4.
|
Abu al Qasim al
Zahrawi
|
- Dokter Bedah
- Perintis ilmu
penyakit telinga
-Pelopor
ilmu penyakit kulit
|
Di Barat dikenal
dengan Abulcasis. Karyanya berjudul al Tashrif li man ‘Ajaza ‘an al Ta’lif,
dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak
ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M) buku tersebut
menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa.
|
5.
|
Abu Marwan Abd al
Malik ibn Habib
|
- Ahli sejarah
-Seorang
Penyair
-Ahli
nahwu sharaf
|
Wafat 238 H /852 M
Salah satu
bukunya berjudul al Tarikh
|
6.
|
Muhammad ibn Musa
al razi
|
- Sejarah
|
Wafat 273 H /886 M
Menetap di
Andalusia pada tahun 250/863
|
7.
|
Abu Bakar
Muhammad ibn Umar
|
-Sejarah
|
Dikenal
dengan Ibn Quthiyah
Wafat 367 H /977 M
Ø Bukunya
berjudul Tarikh Iftitah al-Andalus
|
8.
|
Uraib ibn Saad
|
§ Sejarah
|
Wafat 369 H /979 M
Meringkas
Tarikh al- thabari, menambahkan kepadanya tentang al Maghrib dan Andalusia,
disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut.
|
9.
|
Hayyan Ibn
Khallaf ibn Hayyan
|
- Sejarah
- Sastra
|
Wafat 469 H /1076 M
Karyanya : al
Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan al Matin.
|
10.
|
Abu al Walid
Abdullah ibn Muhammad ibn al faradli.
|
- Sejarah
- Penulis
biografi
|
Lahir di
Cordova tahun 351/962 dan wafat 403/1013.
Salah satu
karyanya berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus
|
Prestasi yang di capai pada zaman Dinasti
Umayyah
1.
Kemajuan dalam bidang ilmu hadist
Setelah rasulullah wafat para
sahabat masih memelihara dan menjaga ke aslian hadist,
apalagi pada masa tabi’in perkembangan periwayatan hadist makin pesat
dengan berkembangnya gerakan rihlah ilmiyah. Dalam perkembangan selanjutnya
kritik hadist dan upaya pencarian ke aslian hadist di rasa tidaklah cukup.
Karena itu, pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz (99-102 H)
.dilakukan upaya pembukuan hadist-hadist yang tersebar di berbagai tempat dan
dibanyak tabi’in.
Untuk mewujudkan keinginan
tersebut khalifah memberikan kepercayaan kepada Ibn hazm untuk mengumpulkan dan membukukan hadist untuk
disebarkan kepada masyarakat islam. Di samping itu pula Khalifah Umar juga
memerintahkan Ibn Syihab Az-Zuhri dan ulama lainnya untuk mengumpulkan
dan membukukan hadist yang ada pada mereka serta mengirimkannya kepada
khalifah.
Usaha pembukuan hadist terus berlanjut, sampai pada abad ke-3 H dan ke-4 H usaha
pembukuan hadist mengalami masa kejayaan.Karena pada umumnya buku- buku
tersebut menjadi bahan rujukan hadist bagi yang ingin mengetahui dan belajar ilmu
hadist. Para ulama hadist yang terkenal beserta karya-karyanya adalah, Imam
Bukhari karyanya adalah Shahih Bukhari, Imam Muslim karyanya adalah Shahih
Muslim, Imam Nasa’i karyanya adalah Sunan An-Nasa’i, Imam Abu Dawud karyanya
adalah Sunan Abi Dawud, Imam Turmudzi karyanya adalah Sunan Turmudzi, Imam Ibnu
Majah karyanya adalah Sunan IbnuMajah.
2. Keberhasilan
Yang Dicapai
Dalam hal ini terbagi
menjadi dua, yaitu material dan immaterial.
a). Bidang Material :
a). Bidang Material :
1. Muawiyah mendirikan
dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda
dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata.
2. Mu’awiyah
merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan ”anjung” dalam
masjid tempat sembahyang. Ia sangat khawatir akan keselamatan
dirinya, karena
khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.
3. Lambang
kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara
baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang
negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
4. Mu’awiyah
sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian dimatangkan lagi pada masa Malik bin
Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata dengan baik, sehingga menjadi
alat pengiriman yang baik pada waktu itu.
5. Arsitektur
semacam seni yang permanent pada tahun 691 H, Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah
yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock”
(Gubah As-Sakharah).
6. Pembuatan
mata uang di zaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan keseluruh
penjuru negeri islam.
7. Pembuatan
panti asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk orang-orang yang
invalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
8. Pengembangan
angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Ustman sebagai Amir Al-Bahri,
tentu akan mengembangkan idenya di masa dia berkuasa, sehingga kapal perang
waktu itu berjumlah 1700 buah.
9. Khalifah
Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi sehingga sampai
berdampak pada orang-orang non Arab menjadi
pandai berbahasa Arab dan untuk menyempurnakan pengetahuan tata bahasa
Arab orang-orang non Arab, disusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam
Al-Kitab.
10. Merubah
mata uang yang dipakai di
daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya
mata uang Bizantium dan Persia seperti
dinar dan dirham. Penggantinya uang dirham terbuat dari emas dan
dirham dari perak dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
11. Perluasaan
wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, bahkan perluasaan ini
juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah kepemimpinan panglima Thariq
bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova, Granada, dan Toledo.
12. Dibangun
masjid-masjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi masjid,
sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai masjid. Di al- Quds
(Jerussalem) Abdul Malik membangun masjid al-Aqsha. Monumen terbaik yang
ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di masjid al-Aqsha
yang menurut riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak
menyembelih Ismail dan Nabi Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, masjid
Cordova di Spanyol dibangun, masjid
Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik
dan Walid.
b). Bidang Immaterial
1. Mendirikan
pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama-nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil
bin Atha. Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, dan fikih.
2. Penyair-penyair
Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab
Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719
m.), Jamil
al-Udhri (w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal
dengan nama Laila Majnun, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal
(w. 710 M.).
3. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni
Waktu
dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli, berupa filsafat dan
eksakta. Dan ilmu pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu
bidang diniyah, tarikh, dan filsafat. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan selama pemerintahan dinasti Umayyah, antara lain kota Kairawan,
Kordoba, Granda dan lain sebagainya. Sehingga secara perlahan ilmu pengetahuan
terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-Adaabul Hadits
(ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist,
Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul khiliyah
(ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib,
filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia
dan Romawi. Kedua
: Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pada zaman
Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah,
syair, khitabah
dan amtsal.
4. Gerakan
Penerjemahan dan Arabisasi
Gerakan
penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga
dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia
memerintahkan penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter
dari iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke
dalam bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan
menerjemahkan buku dongeng dalam bahasa sansakerta yang dikenal
dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai.Buku ini diterjemahkan
oleh Abdullah
ibnu Al-Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan banyak buku
lain, seperti filsafat dan logika, termasuk karya Aristoteles : Categoris,
Hermeneutica, Analityca
Posterior serta
karya Porphyrius : Isagoge.
Menambah ilmu
BalasHapus