Materi PAI Kelas 8 Bab Menghindari Minuman dan Perilaku Tercela


MENGHINDARI MINUMAN DAN PERILAKU YANG TERCELA

A. Pengertian Israf
Israf berasal dari kata asrafa-yusrifu-israf yang berarti berlebih-lebihan. Segala hal yang melampaui batas kewajaran termasuk berlebih-lebihan, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Semua perilaku yang melebihi kadar yang dibutuhkan termasuk israf. Allah Swt. tidak menyukai perilaku berlebih-lebihan. Allah Swt. berfirman dalam surah al-An’am [6] sebagai berikut.

(141) إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُ...
Artinya : “...sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”(Q.S. al-An’am [6]: 141)
Selain dilarang oleh agama, israf termasuk perbuatan yang tidak baik di pandang dari aspek kesehatan, psikologis, dan etika. Seseorang yang memiliki israf justru tidak akan menemukan kepuasan. Pada awalnya perilaku israf akan merugikan diri sendiri. Jika terus-menerus dipelihara, pelaku israf akan merugikan orang lain.

Contoh Israf

Contoh perilaku israf dapat dengan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh perilaku israf dijabarkan dalam uraian berikut.
Israf dalam Makan dan Minum
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Banyak kita temui berbagai macam makanan dan minuman dengan mudah kita dapatkan. Akan tetapi, bukan berarti semakin beragam makanan yang dikonsumsi, semakin bagus bagi tubuh. Cara konsumsi yang baik adalah makan dan minum yang mengundang nutrisi dan kapasitas sesuai kebutuhan tubuh. Kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Israf dalam makanan dan minuman dilarang dan pelakunya dibenci oleh Allah Swt. Makan dan minum yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Ini akan menimbulkan berbagai penyakit dikarenakan kelebihan makanan atau zat-zat tertentu. Contohnya jika kelebihan dalam mengonsumsi garam dapat menyebabkan hipertensi. Kelebihan dalam mengonsumsi gula dapat menyababkan diabetes. Allah Swt. dengan tegas melarang kita untuk berlebih-lebihan saat makan dan minum. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.

(31) وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ...
Artinya : ...Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. al-A’raf [7]:31)
Rasulullah saw. juga memberi teladan yang baik dalam makan dan minum dengan memperhatikan kesehatan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa suatu saat Rasulullah saw. ditanya oleh seorang nasrani dari bangsa Romawi tentang resep kesehatan Rasulullah saw. dan para sahabat. Dengan tersenyum Rasulullah saw. menjawab, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang tidak makan sampai kami merasa lapar dan apabila kami makan maka tidak sampai merasa kenyang.”
Israf dalam Berbicara
Berbicara bukan merupakan hal yang dilarang Allah Swt. Akan tetapi, berbicara secara berlebihan tidak diperbolehkan. Kita tidak perlu menambah-nambahi suatu hal sehingga tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Israf dalam hal berbicara berdampak buruk bagi pelaku maupun orang lain. Berlebih-lebihan dalam berbicara akan menyebabkan seseorang cenderung membuka aib orang lain atau menyebarkan fitnah, baik secara sadar maupun tidak sadar. Rasulullah saw. juga melarang kita berlebih-lebihan dalam berbicara. Beliau bersabda yang artinya sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari karir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Israf dalam Perbuatan Lainnya
Selain dalam hal makan dan minum serta berbicara, israf dapat terjadi dalam perbuatan lain, seperti menuntut hak, berpakaian, dan bereaksi atas sesuatu seperti dibuat-buat. Berperilaku berlebihan dalam perbuatan-perbuatan tersebut dapat memicu tumbuhnya ria atau sombong. Allah Swt. tidak menyukai manusia yang sombong dan melarag umat islam berperilaku sombong. Allah Swt. berfirman sebagai berikut.

(37) وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖإِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Artinya : Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (Q.S. al-Isrā’ [17]: 37)

Cara Menghidari Israf
Perilaku israf dapat disebabkan menganggap harta merupakan sumber kebahagiaan, ingin mendapat pujian orang lain, malas dalam berpikir, dan sebagainya. Perilaku israf harus di hindari sedini mungkin.
Makna Tabzir (Mubazir) Secara Bahasa
التبذير: التفريق، مصدر بذَّر تبذيرًا، وأصله إلقاء البذر وطرحه، فاستعير لكلِّ مضيع لماله، وبذر ماله: أفسده وأنفقه في السرف. وكل ما فرقته وأفسدته، فقد بذرته، والمباذر والمبذِّر: المسرف في النفقة؛ وأصل هذه المادة يدلُّ على نثر الشيء وتَفْرِيقه
   At Tabzir artinya pemecah-belahan, sebagai mashdar dari badzara – tabziran. Makna aslinya melempar bibit. Kata ini juga dipakai untuk mengatakan segala bentuk penyia-nyiaan harta. “badzara maalahu” artinya ia merusak hartanya atau membelanjakannya secara berlebihan. Juga dipakai untuk menyebutkan segala bentuk pemecah-belahan harta dan perusakan harta, maka ia dikatakan “badzarahu“. Al Mubaadzir atau al mubadziir, artinya orang yang berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta. Dan asal makna dari kata ini menunjukkan pada sikap perusakan terhadap sesuatu dan pemecah-belahan terhadapnya (Maqayis Al Lughah, 1/216, Al Mufradat fi Gharibil Qur’an, 114, Lisanul Arab 9/148)
Makna Tabzir (Mubazir) Secara Istilah Syar’i
Imam Asy Syafi’i menyatakan,
التبذير إنفاق المال في غير حقِّه
At Tabzir artinya membelanjakan harta tidak sesuai dengan hak (peruntukan) harta tersebut (Al Jami li Ahkam Al Qur’an, 10/247).
sebagian pendapat menyatakan,
التبذير صرف الشيء فيما لا ينبغي
At Tabzir artinya membelanjakan untuk sesuatu yang tidak selayaknya dibelanjakan (At Ta’rifat, 24, Al Kuliyat, 113)
sebagian pendapat menyatakan,
هو تفريق المال على وجه الإسراف
At Tabzir artinya memecah-belah harta dalam bentuk yang termasuk berlebih-lebihan (At Ta’rifat, 51, At Taufiq ‘alal Muhimmat At Ta’arif, 90, Lisanul Arab, 4/50)
Perbedaan Israf dan Tabzir
الإسراف: صرف الشيء فيما لا ينبغي زائدًا على ما ينبغي بخلاف التبذير؛ فإنه صرف الشيء فيما لا ينبغي
Al Israf itu membelanjakan harta untuk sesuatu yang tidak selayaknya dibelanjakan sebagai tambahan dari sesuatu yang memang selayaknya dibelanjakan, sedangkan At Tabzir itu membelanjakan harta untuk sesuatu yang tidak selayaknya (At Ta’rifat, 24)
فبينهما عموم وخصوص إذ قد يجتمعان فيكون لهما المعنى نفسه أحيانًا، وقد ينفرد الأعم وهو الإسراف
Diantara keduanya ada yang lebih umum maknanya dan ada yang lebih khusus. Jika mereka disebutkan bersamaan terkadang maknanya sama, dan terkadang salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu Al Israf (Nudhratun Na’im, 9/4115).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi PAI Kelas 8 Bab Lebih Dekat Kepada Allah dengan Mengamalkan Shalat Sunnah

Materi PAI Kelas 8 Bab Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang Bertaqwa

Materi PAI Kelas 8 Bab Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah